Kamis, 29 Agustus 2013

Tugas Bahasa Indonesia Materi Cerpen

Malam Berembun

      Cerita ini bermula ketika menginjak masa dewasaku, sudah berkerja untuk menghidupi keluargaku, walau dulunya aku tidak mendapat restu dari orangtua untuk bekerja, karena orangtuaku menghendaki aku untuk kuliah terlebih dulu, walau begitu kini aku tetep berjuang untuk keluargaku. Jauh dengan orangtua memang hal yang sulit bagiku, terlebih aku memang anak yang paling dimanja dibanding kakakku yang telah meninggal.

      Suatu ketika sebuah pucuk surat kuterima dari pak pos, setelah kubaca, ternyata surat itu dari Tante Neny, walaupun aku tidak pernah bertemu dengan orangtuaku lagi, tetapi tanteku tau keberadaanku dan aku memang akrab dengan dirinya. Surat ini berisi undangan party untuk ngerayain Tante aku yang naik jabatan, acaranya sabtu malem, dirumah tanteku, ya... dengan senang hati aku membacanya, itung-itung ngajak refresing istri sama anak-anakku.

      Malam itu aku berangkat dengan keluargaku, terlintas bayangan bahwa aku akan bertemu dengan orangtuaku, namun tidak mungkinlah tanteku mau melakukan hal semacam itu apalagi tanteku juga sedikit memendam rasa benci dengan ibuku.

       Setelah tiba aku melihat parkiran depan masih sepi, ya mungkin karna aku terlalu bersemangat, karena terkadang aku membantu mempersiapkan partynya. Kuketuk pintu rumah, kemudian si Ijah membukakan pintu dengan segera, "silahkan masuk mas, bantuin dekor ruang tamunya ya..." pinta si ijah, "ohh ya nanti tak bantu jah", anak-anak langsung bermain di ruang tamu. Saat aku sedang mendekorasi ruangan aku tidak sadar ternyata istriku memanggil namaku, jalan ke ruang tamu, aku sudah melihat istriku sujud ke orangtuaku, aku berpikir apakah ini takdirku, harus bertemu lagi dengan orangtuaku, saat itu aku hanya bingung ingin berbuat apa, susah bagiku untuk mengatakan maaf, namun tiba-tiba sebuah pelukan hangat di dekapanku, ibu memelukku dan menangis terharu, sekarang aku mengetahui perasaan ibuku ini, betapa kesendirian dimasa tuanya, yang hidup tanpa anaknya, aku langsung mencium kaki ibuku, meminta maaf setulusnya, ayahku hanya mengatakan, "tindakanmu dulu, sekarang sudah berarti nak, kamu telah sukses dengan kerja kerasmu, keluargamu saat ini adalah kesuksesanmu, ayah bangga sekali dengaku," anggukku sambil meneteskan air mata melepaskan kerinduan diriku. "Tetapi bagaimana kalian kesini, kalian kan juga membenci Tante Neny," tanyaku, " Ayah dan Ibu hanya melakukan sandiwara dengan tantemu, ibu ingin melatihmu nak," nasihat ibu sambil memegang tanganku. Bell berbunyi, Tante datang dengan teman-temannya, "akhirnya sandiwaraku selesai," kata tanteku sambil tersenyum. Aku tertawa gembira mengingat masa-masa itu, kini aku menikmati masa-masa tuaku dengan pengalaman hidup yang seindah orang-orang mungkin bayangkan.



Berembun di kiaskan bahwa, air mata malam itu layaknya embun yang disembunyikan oleh air mata kebahagiaan.


Penulis

0 komentar:

Posting Komentar